Husein Sastranegara. Seorang Pahlawan yang Namanya Tidak Asing Bagi Kita, Namun Kebanyakan Dari Kita Tidak Tahu Apa Saja Jasa dan Sejarahnya.
Penulis : Ikhbal Muhamad Rizki
SMA ANGKASA LANUD HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG
2017
Husein
Sastranegara. Mendengar Nama tersebut, pasti kita akan langsung teringat kepada
nama salah satu bandara besar di Indonesia yang berlokasi di Ibukota Jawa
Barat, Bandung. Namun Tahukah kamu, kenapa nama Husein Sastranegara bisa
dijadikan nama suatu bandara seperti sekarang ini? Apa saja jasa yang telah
dilakukan Husein Sastranegara untuk kedirgantaraan indonesia? Apakah ia telah
berkontribusi sangat besar untuk Negara kita tercinta ini? Daripada kita
bingung, mendingan ayo kita bahas saja!
Husein Sastranegara adalah salah
seorang di antara tokoh-tokoh yang ikut serta mengabdikan dirinya dalam
pembinaan perjuangan bersenjata pada masa-masa revolusi fisik, khususmya
dibidang pertahanan udara. Husein Sastranegara lahir di Cilaku, Cianjur
pada tanggal 20 Januari 1919, Sebagai anak ke 8 dari 14 Bersaudara. Ayahnya
adalah seorang Pangreh Praja (Demang) yang bernama Raden Demang Ishak
Sastranegara. Sedangkan Ibunya adalah Putri dari Raden Wiranata, yaitu Raden
Katjih Lasminingrum. Pada saat Husein bersekolah di HBS KW III Jakarta tahun
1938, ia bertemu dengan Koriyati Mangkuatmaja, Seorang wanita kelahiran
Bandung, 5 Mei 1923 yang kemudian ia menjadi istri seorang Husein Sastranegara.
Husein juga adalah salah satu
perintis TNI-AU bersama dengan Agustinus Adisucipto, Halim Perdanakusuma,
Abdulrahman Saleh dan Iswahyudi. Pecahnya perang Dunia II pada tahun 1939
berdampak langsung pada nasib sekolah dan perjalanan hidup
Husein. Belanda menduduki Jerman.
Menyadari posisinya itulah pemerintah Hindia Belanda menerapkan siasat menarik
Simpati rakyat Indonesia dengan memberi kelonggaran kepada pemuda Indonesia
mencoba karir hidupnya di bidang penerbangan militer. Kesempatan tersebut ditanggapi sebagai peluang besar yang menjikan oleh
Husein. Tanpa ragu husein pun mengambil keputusan
meninggalkan bangku kuliahnya dan mendaftarkan dir ke sekolah Militare
Luchvaart School atau disebut juga Luchtvaart di Kalijati Subang
pada tahun 1939.
Pada
tahun itu sebenarnya ada peristiwa sejarah penting yang digabungkan Sekolah
Penerbang yang berlokasi di Kalijati Subang dengan Sekolah Pengintai di
Lapangan Andir Bandung, Dari 10 orang sswa yang
masuk. Hanya lima orang yang berhasil mendapat brevet
penerbang , yakni Husein Sastranegara, Ignatius Adisutjipto , Sambodja Hurip,
Sulistiyo dan Sujono. Sayangnya Husein Sastranegara gagal meneruskan
pendidikan penerbang lanutannyad Bandung. Bersama dengan
dua orang rekannya, yakni Sujono dan Sulstyo, Husein hanya mendapat KMB (Kleine
Militaire Brevet) atau lisensi menerbangkan pesawat – pesawat bermesin
tunggal. Sedangkan yang mendapatkan GMB (Groote
Militaire Brevet ) hanya Agustnus Adsutjipto dan Sambudjo Hurip.
Karena kurangnya syarat tersebut
maka rencana semula untuk memasuki Sekolah penerbang Darurat di Bandung manjadi
terhalang. Kegagalan tersebut menyebabkan Husein ganti haluan
dan pada tahun 1941 memasuki pendidikan Sekolah Inspektur Polisi di Sukabumi. Menyerahnya
bala tentara Jepang kepada Sekutu yang kemudian disusul dengan pergolakan
revolusi fisk. Menjadikan husein harus menggabungkan diri dengan Barisan
keamanan Rakyat (BKR) di Bogor dan menjabat sebagai salah satu komandan pada
devisi yang dibentuk oleh Didi Kartasasmita.
Perjalanan hidupnya tanpaknya
menggariskan Husein harus kembali ke jalur penerbangan. Sekitar bulan
September-Oktober 1945 Husein dipanggil oleh Suryadi Suryadarma (KSAU) yang
waktu itu sebagai pimpinan BKR Penerbangan. Panggilan itu berkaitan
dengan kebutuhan mengurus Lapangan Udara Andir (sekarang Lanud Husein Sastranegara)
yang baru saja berhasil direbut para pejuang RI. Husein dipercaya untuk
mengurus Lapangan Udara Andir.
Sayangnya, tugas itu belum sempat
dilaksanakan Husein. Pasalnya, baru saja Husen melapor Suryadarma,
beredar kabar bahwa Lapangan Udara Andir dapat dikuasai kembali oleh tentara
Jepang dan pimpinan dambil alh oleh Inggris melalui Jepang. Tidak saja
Lapangan Udara Andir, Bandung pun harus ditinggalkan para pejuang RI, termasuk
Husein di dalamnya, Husein pun kemudian ikut hijrah ke ibukota perjuangan
Yogyakarta dan turut bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bagian
penerbangan.
Takdir Tuhan Yang Maha Esa telah
digariskan bagi Husein. Belum juga tahun 1946 berakhir,
Husein telah dipanggil menghadap-Nya. Waktu itu tanggal 26
September 1946 dan pangkat terakhirnya sebagai Mayor Udara. Pada akhir
September 1946 Husein mendapatkan tugas melakukan test fight (uji
terbang) sebuah pesawat Cukiu d atas kota Yogyakarta. Pesawat rongsokan peninggalan tentara Jepang itu rencananya akan digunakan
untuk mengangkut Perdana Menterei RI Sutan Syahril menuju
Malang.
Test flight saat ini memang harus
dilakukan dan membutuhkan kesiapan jiwa raga para penerbangnya karena
pesawat-pesawat peninggalan Jepang tersebut sebetulnya masuk kualifikasi
tidak layak terbang. Nyatanya pesawat Cukiu yang diterbangkan Husen
mengalami kerusakan mesin hingga jatuh terbakar di atas Gowongan Lor Yogyakarta
sekaligus menewaskan Husein bersama juru teknik Rukidi.
Sebagai penghargaan negara atas
jasa-jasa Husein mengabdikan diri kepada tanah air, maka pangkatnya dinaikan
dari Mayor Udara menjadi (Anumerta) Komodor Udara sederajat Kolonel Udara
sekarang. Selain itu, jabatan terakhir Husein adalah sebagai instruktur
di Sekolah Penerbangan Yogyakarta merangkap Perwira Operasi AURI. Berkat
jasa-jasanya, Husein mendapat sejumlah anugrah tanda jasa dari pemerintah
seperti Bintang Garuda, Bintang Satyalencana Perang Kemerdekaan RI, Piagam
Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI Tahun 1957.
Selain itu, berkat jasa-jasa dan nilai-nilai kepahlawanan yang telah diabadikannya kepada bangsa dan negara, nama Husen Sastranegara diabadikan untuk mengganti Pangkalan Udara Andir sejak tanggal 17 Agustus 1952 berdasarkan Keputusan Kasau No. 76 Tahun 1952. Husein dianggap sebagai salah seorang pejuang dan perintis yang telah meletakan dasar-dasar pembangunan di bidang penerbangan nasional. Husein gugur sebagai pahlawan dalam usia yang relatif masih muda yakn 27 tahun dan jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Wah ternyata banyak juga ya jasanya,
Perintis Kedirgantaraan Indonesia lagi. Ini juga dapat diteladani oleh generasi
muda. Semasa hidupnya Husein Sastranegara
telah memberikan teladan yang tak ternilai kepada generasi penerus, baik
dibidang kejuangan, kemauan yang keras dalam menggapai cta-cita, maupun
tekadnya yang kuat untuk mengetahui dan menguasai teknologi penerbangan pada
masanya.
Kerasnya kemauan dan tekadnya serta kerelaan berkorban demi perjuangan telah tercermin dalam diri Husein Sastranegara. Pandangan-pandangannya yang jauh kedepan ikut meletakan pondasi yang penting bagi pembangunan TNI Angkatan Udara, yang kelak menjadi pancangan kaki yang kokoh bagi pengembangan suatu kekuatan Angkatan Udara yang modern di kemudian hari.
Kerasnya kemauan dan tekadnya serta kerelaan berkorban demi perjuangan telah tercermin dalam diri Husein Sastranegara. Pandangan-pandangannya yang jauh kedepan ikut meletakan pondasi yang penting bagi pembangunan TNI Angkatan Udara, yang kelak menjadi pancangan kaki yang kokoh bagi pengembangan suatu kekuatan Angkatan Udara yang modern di kemudian hari.
Its GoodJob... Teruslah menulis agar ilmunya bermanfaat...
BalasHapus